Di Pelatihan Pengembangan SDM (Nasional), Ippho Santosa Ajak Orang Indonesia Untuk Berbagi
Di pelatihan pengembangan SDM saya berusaha menanamkan keyakinan yang kuat dan benar kepada peserta.
Sejatinya, bukan rezeki yang kurang, mungkin keyakinan yang kurang. Sehingga, kita sering bertele-tele untuk urusan sedekah. Apalagi #SedekahEkstrim. Hm, apa itu sedekah ekstrim? Menyedekahkan sesuatu yang amat berharga dan amat bernilai, menurut kita. Saat menjajal sedekah ekstrim, biasanya tubuh kita sampai bergetar, jantung kita sampai berdegup kencang, dan mata kita sampai berkaca-kaca. Berat!
Di pelatihan pengembangan SDM saya berusaha menanamkan keyakinan yang kuat dan benar kepada peserta.
Sejatinya, bukan rezeki yang kurang, mungkin keyakinan yang kurang. Sehingga, kita sering bertele-tele untuk urusan sedekah. Apalagi #SedekahEkstrim. Hm, apa itu sedekah ekstrim? Menyedekahkan sesuatu yang amat berharga dan amat bernilai, menurut kita. Saat menjajal sedekah ekstrim, biasanya tubuh kita sampai bergetar, jantung kita sampai berdegup kencang, dan mata kita sampai berkaca-kaca. Berat!
Saran saya sebagai motivator, satu kali
atau dua kali dalam setahun, kita mesti mencoba sedekah ekstrim. Insya Allah perubahan nasib kita juga
ekstrim. Melesat! Pesat! Masak tiga kali lebaran, masih gitu-gitu aja? Nyaingi
Bang Toyib, hehehe. Ingat ya, perubahan nasib ini BUKAN tujuan! Melainkan ini
fadilah, manfaat, dan dampak. Yang sebenarnya, kita menjemput ridha-Nya dengan
kesungguhan amal. Bukankah Sang Pencipta itu menilai kesungguhan dan
pengorbanan hamba-Nya? Itulah isi dan esensi di balik sedekah ekstrim.
Contoh sedekah
ekstrim? Punya dua ponsel, satu sedekahin.
Punya dua motor, satu sedekahin. Punya
dua properti, satu sedekahin. Atau setengah
dari tabungan yang disedekahin. Lha, nggak
punya apa-apa? Sedekahin TV,
laptop, arloji, dan dompetnya. Itu juga bagian dari sedekah ekstrim. Intinya, sesuatu yang amat berharga dan
amat bernilai, menurut kita. Kalau saya, sempat melepaskan mobil dan rumah
beberapa waktu yang lalu.
Ibu-ibu,
mbak-mbak, coba deh lepaskan perhiasannya untuk sedekah ekstrim. FYI, istri saya tidak pakai kalung dan
anting. Alhamdulillah, seru-seru saja, hehehe. Mudah ditebak, ada saja orang
yang beralasan dan bertele-tele, “Wah belum bisa! Banyak cicilan! Mau pulang kampung!
Mau daftar anak sekolah! Duh ini barang kenangan!” Yang sebenarnya, nih orang nggak
niat berubah.
Hm, bukankah yang
berlebih-lebihan itu tidak baik? Kalau untuk urusan amal, namanya bukan berlebih-lebihan,
tapi berlomba-lomba dalam kebaikan. Bukankah Nabi itu pernah sholat malam
sampai kakinya bengkak? Bukankah Abubakar itu pernah bersedekah sampai seluruh
hartanya? Sudahlah! Dengar, taati! Dan satu hal yang perlu dipahami. Semakin nunda-nunda, semakin nanya-nanya, yah semakin berkurang dampak
dari sedekah ekstrim. Begitu tahu, baiknya langsung praktek, ntar juga ngefek. Siap?
...
...