Di pelatihan SDM atau pelatihan motivasi, saya sering berkisah tentang mangga.
Katakanlah, ada seorang laki-laki jahat. Sebut
saja, preman. Mungkin ia masih berani mencuri sebuah mangga. Mungkin pula, ia
masih berani memakan mangga curian tersebut. Yah, namanya juga orang jahat.
Preman. Akan tetapi, beranikah ia memberikan mangga curian itu kepada ibu, istri,
atau anaknya? Kemungkinan besar, ia tidak berani. Kenapa? Disadari atau tidak,
seorang laki-laki sejati masih berprinsip, “Walau bagaimanapun, keluargaku
harus menikmati makanan yang baik-baik. Bukan mangga curian.”
Sadarkah kita,
-
Kalau kita
pejabat atau aparat, lalu kita menerima suap, berarti kita telah menafkahi
keluarga kita dengan mangga curian!
- Kalau kita pengusaha atau profesional, lalu kita memperoleh proyek
karena memberikan suap, berarti kita telah menafkahi keluarga kita dengan
mangga curian!
- Kalau kita karyawan, lalu kita memperoleh uang karena manipulasi
atau sejenisnya, berarti kita telah menafkahi keluarga kita dengan mangga
curian!
-
Dengan kata lain,
kita lebih parah daripada preman yang dikisahkan tadi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar