Di sebuah pelatihan SDM perusahaan, saya sebagai motivator menantang sejumlah peserta untuk 'berbuat lebih'.
Pengen bangun sekolah? Rumah sakit? Rumah ibadah? Bikin pesantren? Niatkan dulu. Doakan dulu. Dengan begitu, moga-moga tercatat sebagai amal. Menariknya, kalau sudah diniatkan dan didoakan, tentu akan lebih dekat dengan kenyataan. Sebagai manusia, itu dulu yang kita lakukan.
Pengen bangun sekolah? Rumah sakit? Rumah ibadah? Bikin pesantren? Niatkan dulu. Doakan dulu. Dengan begitu, moga-moga tercatat sebagai amal. Menariknya, kalau sudah diniatkan dan didoakan, tentu akan lebih dekat dengan kenyataan. Sebagai manusia, itu dulu yang kita lakukan.
Sayangnya, begitu diajak bangun sekolah dan #BikinPesantren,
sebagian kita malah berdalih, "Boro-boro bangun sekolah, utang aja masih banyak!
Boro-boro bikin pesantren, untuk makan aja susah!" Lha buat apa ngomong gitu?
Makin susah jadinya! Mestinya segala kebaikan besar dan bangunan besar yang ingin
kita rintis, bawalah itu dalam niat dan doa. Terus? Berbuatlah sebisanya.
Berbuat sebisanya. Peletakan batu pertama.
Sekali lagi. Niat, doa, dan berbuatlah sebisanya. Insya Allah nanti
dimampukan. Termasuk bikin pesantren. Kan Allah itu menilai ikhtiar dan proses
kita. Bukan jumlah uang kita. Dan ternyata bikin pesantren, tidaklah serumit dan
sesusah yang kita bayangkan. Maaf, kita yang bergaji Rp2juta sekalipun, tetap
bisa. Beneran bisa. Ini bukan mengada-ngada.
Pikirkan ini:
-
Tak inginkah kita #BikinPesantren,
lalu dari situ lahirlah orang-orang yang soleh? Kita pun keciprat pahala-nya.
Mau?
-
Lalu, penghuni pesantren itu belajar dan
mengajar. Hanya yang baik-baik yang mereka pelajari. Kita pun keciprat
pahala-nya. Mau?
-
Bayangkan, saat kita kelar bikin
pesantren, dari situ terhimpun berbagai kebaikan, bukan satu-dua hari,
melainkan selama-lamanya. Sekalipun kita sudah meninggal, tetap saja kita
keciprat pahala-nya. Mau?
-
Apalagi sebagian dari alumni akhirnya
mendirikan pesantren juga. Itu kan wasilahnya dari didikan dan pesantren kita. Kita
pun keciprat pahala-nya. Mau?
Siapa sih yang nggak mau? Saya pun kepikiran, kenapa saya
nggak #BikinPesantren
bareng follower saja? Maksudnya, teman-teman saya di twitter dan facebook. Ilmu
dan uang kita mungkin nggak banyak. Tapi kalau bareng-bareng, apa sih yang
nggak bisa? Saya yakin ada yang sevisi dan semisi dengan saya, untuk bikin
pesantren bareng-bareng. Ada Allah,
kenapa nggak mikir sesuatu yang besar dan baik? Salah satunya, bikin pesantren.
Kadang wawasan kita yang terbatas. Ilmu dan uang pun nggak
seberapa. Iman? Sama, belum kuat-kuat amat. Akhirnya itu semua ikut mematahkan
dan mementahkan dream kita. Padahal #BikinPesantren
itu SANGAT MUNGKIN. Semua orang juga bisa, nggak harus jadi ustadz, nggak harus
jadi miliarder. Kalau bikinnya bareng-bareng? Tentu saja, lebih bisa. Yang
penting, pesantren itu bukan milik saya, bukan pula atas nama saya. Benar-benar
milik umat. Dari umat, untuk umat.
Alhamdulillah,
tanahnya 2000 meter sudah ada. Tinggal bangunannya saja yang belum ada. Kalau
masing-masing kita mau menyisihkan sekian ratus ribu atau sekian juta rupiah,
tentu pesantren yang kita idam-idamkan ini akan segera berdiri. Apalagi kalau
kita mau komit bersedekah setiap bulannya. Insya Allah. Nanti sambil jalan, kita
voting sama-sama nama dan konsepnya.
Mau? Share saja tulisan ini kepada
saudara-saudara dan sahabat-sahabatnya. Ajak mereka.
Selain mengajak orang bersedekah, kita pun baiknya bersedekah:
- BNI Syariah 009.153.899.5
- atau BCA 237.304.888.7
- a/n Yayasan Dompet Dhuafa
SMS konfirmasi 0812-129-2528 (setelah transfer)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar